Kamis, 08 Desember 2016

Bisnis Tata Rias

Gejolak bisnis tata rias dan make up wajah semakin cantik kini semakin berkembang. Selain keahlian, usaha ini juga membutuhkan daya kreativitas yang tinggi dari sang perancang. Dengan modal selalu menghasilkan inovasi karya-karya baru dan menarik, order dijamin bakal tak pernah sepi sepanjang tahun.

Memiliki keahlian dalam merias tak bakal pernah sepi dari peminat. Point utama dari Bisnis tata rias yang bisa dijalani memang rias kecantikan untuk pengantin, wisudawan, dan kegiatan- seremonial lainnya. Kini dengan modal kreatif, banyak ahli rias wajah merambah bisnis rias panggung. Perkembangan usaha ini juga tak luput dari terus berkembangnya bisnis pertunjukan. Mulai dari pertunjukan musik, teater, dan seni lain. Kemampuan untuk selalu berkreasi menjadi peluang baru untuk mengembangkan bisnis ini.

Tengok saja usaha Neni Marthina asal dari Babakan Cibeureum, Ciamis, Jawa Barat. Meski tinggal di Ciamis, perempuan 36 tahun ini menuturkan, permintaan terhadap jasa tata rias panggung dan make up masih tetap tinggi. Pasalnya, setiap orang yang selalu mengadakan acara-acara tertentu, seperti pertunjukan teater, pesta sanggar, sunatan, dan pernikahan, tetap membutuhkan jasa penata rias. Dalam kurun waktu sebulan, rata-rata Neni mendapat pesanan sebanyak tujuh hingga delapan proyek. Sebagian besar order adalah untuk menghias seniman berikut panggung pergelaran tari, pesta, dan sanggar. Nah, dalam sebulan tersebut, Neni bisa meraup omzet mencapai Rp 30 juta dengan laba bersih sekitar 50%. Tetapi, “Kadang-kadang, harga tata rias tergantung kemampuan pelanggan,” ujarnya. Tak hanya itu, panggung -panggung pada acara pesta sunatan, teater, dan wisuda siswa taman kanak-kanak (TK) pun membutuhkan jasanya. Dalam satu proyek pertunjukan, ia mematok harga Rp 4 juta. Neni bilang, memerlukan ide yang superkreatif agar order terus mengalir deras. Misalnya, saat menghias untuk acara wisuda anak TK, dia akan berupaya menciptakan suasana sesuai dengan imajinasi anak-anak.

Ni Made Metriyani, pemilik Metri N@B di Bali, punya pengalaman lain. Ia memilih spesialisasi tata rias acara pernikahan dan kegiatan upacara ritual di Bali. Metri mulai usaha tata rias sejak 2010 di Denpasar. Adapun tata rias panggung ia tekuni mulai 2011. Dara 23 tahun ini melihat prospek dan permintaan tata rias dari insan hiburan terus meningkat. Karena itu, ia berupaya berkembang dan menghasilkan karya baru. “Penata rias juga harus mendalami ilmu tentang busana,” jelasnya. Untuk mengembangkan usahanya, Metri bekerja sama dengan event organizer atau para make-up artis. Alhasil. Metri pun kini banyak kebanjiran order acara fashion show yang cukup marak di Pulau Dewata. Dalam sebulan, ia bisa memperoleh 10 order, dengan banderol tiap order antara Rp 500.000 – Rp 1 juta. Adapun rata-rata omzet per bulan sekitar Rp 10 juta dan laba bersih lebih dari 60%. “Tata rias termasuk bisnis kreatif sehingga marginnya cukup tinggi,” tuturnya.

Pengalaman Dewi Herawati, penata rias asal Bandung lain lagi. Ia mengaku lebih memilih spesialisasi merias karakter sesuai dengan peran yang akan dimainkan oleh seorang pelaku dunia hiburan. “Rias karakter lebih sulit, misalnya, bagaimana membuat orang yang sebenarnya masih muda tapi bisa terlihat tua seperti nenek-nenek. Kita harus bisa membayangkan kerut-kerut di pipi kan,” katanya. Dewi mematok tarif Rp 750.000 hingga Rp 1,5 juta untuk jasa rias karakter yang biasa digunakan dalam pementasan teater. Karena, pesanan rias karakter ini masih minim, dalam sebulan pendapatan bersih Dewi hanya sekitar Rp 4 juta hingga Rp 5 juta.

Anggra Septa penata rias profesional asal Jakarta, bilang, perlu ide kreatif yang tematik. Ambil contoh, saat merias pesta Halloween, ia menampilkan karakter rias ala kuntilanak atau boneka Chucky. Dengan begitu, order pun bisa terus mengalir dari para pelanggan.


Kisah Sukses Sanggar Liza

Pengelola sanggar tata rias dan tata busana tradisional ternama, Sanggar Liza, yaitu Fitri Liza tidak pernah mengira sanggar yang dikelolanya akan menjadi salah satu sanggar besar di Indonesia. Dalam sesi wawancara bersama BANANANINA di sanggarnya yang berlokasi di Jl. J No.7 & 29 Kebon Baru, Tebet, Fitri Liza menjelaskan bahwa Sanggar Liza ini pertama kali didirikan oleh Ibunya, yaitu Ibu Liza sejak tahun 1978. Fitri mengelola sanggarnya ini bersama dengan kedua orang kakaknya. Demi meneruskan usaha sang Ibu, Fitri Liza mulai belajar merias sejak beliau duduk di bangku SMA. Proses untuk menjadi makeup artist yang sukses di Indonesia tidak diraih hanya dengan sekejap mata saja.

Dilatih langsung oleh Ibu Liza, beliau tetap harus menempuh perjalanan untuk belajar selama beberapa tahun sebagai perias pengantin. Berawal dari merias among tamu dan keluarga pengantin di tahun 1999, barulah Fitri Liza naik pangkat menjadi perias inti atau perias pengantin di Sanggar Liza sejak tahun 2002.
Dengan pengalaman merias yang sudah dijalaninya selama lebih dari 10 tahun, hasil riasan Fitri Liza pun terus mendapat apresiasi yang tinggi. Selain itu, beliau juga sering kali disebut sebagai salah satu perias handal di Indonesia. Hal ini terbukti dengan banyaknya klien yang pernah menggunakan jasa rias Fitri Liza. Di samping itu, banyak pula yang mengungkapkan kepuasan terhadap pelayanannya di beberapa media sosial atau blog pribadi mereka.
 
Ya, Sanggar Liza memang sudah sangat dipercaya oleh banyak orang, tapi dengan persaingan di dunia tata rias yang semakin ketat, mengelola sebuah sanggar hingga 38 tahun lamanya tentu saja bukan hal yang mudah. Apa lagi, sekarang ini sudah mulai banyak makeup artist baru yang bermunculan. Oleh karena itu, bersama Ibu dan kedua kakaknya, Fitri Liza tidak pernah berhenti berinovasi, yaitu dengan selalu mengikuti perkembangan tren makeup dan busana pengantin, serta pelayanan yang terus ditingkatkan. “Menurut kami, makeup dan baju yang bagus tidaklah cukup tanpa pelayanan yang baik dan prima. Oleh karena itu, kami selalu mencoba menggali lagi apa yang bisa kami lakukan demi kepuasan konsumen.” Berkat kepuasan dari para konsumen, munculah berbagai referensi positif yang membuat Sanggar Liza besar hingga sekarang.
Di sela-sela kesibukannya menjalani profesi sebagai perias sekaligus pengelola Sanggar Liza, Fitri Liza juga ternyata menyempatkan diri untuk menulis buku. Sekarang ini, Fitri Liza sudah menerbitkan 3 buku dengan bahasan yang tentu saja tidak jauh dari bidang yang beliau tekuni. Buku pertama yang berjudul Let’s Get Married membahas tentang persiapan pernikahan. Buku kedua membahas tentang model-model kebaya dan tata rias pengantin dengan judul Glamorous Goddess, sedangkan buku terakhir yang berjudul The Magical Touch of Make-Up for Indonesian Bride fokus pada bahasan mengenai riasan pengantin. Buku ketiga dari Fitri Liza ini juga telah berhasil menjadi buku dengan tingkat penjualan terbaik lho, ladies. Hebat, ya?


Merias pengantin memang suatu pekerjaan yang dilakukan di balik layar, tapi bukan berarti menjaga penampilan saat merias menjadi hal yang tidak perlu diperhatikan. Menurut Fitri Liza, menjaga penampilan agar tetap rapi saat merias pengantin merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap pernikahan yang akan dilaksanakan. “Sebuah pernikahan adalah acara spesial yang hanya dialami pengantin sekali seumur hidup. Oleh karena itu, meskipun saya hanya berada di belakang layar, saya tetap harus menghargainya dengan berpakaian yang rapi dan baik.” Ditambah lagi, setelah merias, Fitri Liza juga biasanya memandu pengantin selama prosesi pernikahan. Jadi, menjaga penampilan menjadi hal yang cukup penting bagi Fitri Liza.
Walaupun berprofesi sebagai perias pengantin, Fitri Liza justru cenderung sebagai wanita yang tidak suka dandan. Saat ditanya apa saja barang-barang yang biasanya dibawa, Fitri Liza langsung menjawab bahwa handphone dan dompet adalah dua hal yang wajib ada di dalam tas, sedangkan alat kosmetik tidak termasuk ke dalam daftar barang wajib tersebut. Sekalipun membawa alat kosmetik, beliau hanya membawa lipstik serta cermin di dalam tas. “Kalau untuk sehari-hari, saya tipe orang yang tidak menyimpan alat kosmetik di tas soalnya saya sebenarnya bukan orang yang suka dandan,” ujarnya.

Untuk meraih kesuksesan, tentu diperlukan adanya dedikasi yang tinggi di masing-masing bidang yang dijalani. Fitri Liza sendiri mengaku bahwa kunci sebuah kesuksesan adalah dengan bekerja dari hati. “Apapun yang dikerjakan, kerjakanlah secara fokus dan dari hati. Suatu hal yang dikerjakan dengan fokus dan bukan karena materi pasti akan membuahkan hasil yang berbeda. Orang yang merasakan hasil pekerjaan kita pun tentunya akan merasakan hasil yang berbeda pula.”
Inspiratif sekali Fitri Liza ini! Kesuksesan Fitri Liza ini adalah bukti bahwa sebuah keberhasilan bukanlah hal yang bisa diwujudkan dalam waktu yang singkat. Butuh waktu, kesabaran, dan dedikasi yang tinggi untuk sukses di bidangnya masing-masing.



Rabu, 16 November 2016

Missayume Makeup & Hair Do

Bergerak dibidang jasa make up artist yang melayani berbagai jenis make up yaitu make up untuk pernikahan dengan gaya tradisional maupun bridal internasional,
make up untuk wisuda dan make up untuk prewedding, tak hanya itu Missayume Make up & Hair do membuka kelas make up untuk para masyarakat umum yang ingin lihai dalam merias wajah ataupun yang ingin membuka usaha dibidang make up, setelah mengikuti kelas make up peserta pun akan mendapatkan sertifikat ketika lulus.



Visi : Menjadikan make up artist call service dan profesional dalam bidangnya serta mengedepankan kepuasan pelanggan



Misi : Meningkatkan kualitas pelayanan, memberikan pelayanan secara profesional, selalu berusaha menghadirkan inovasi baru, memberikan hasil Make up yang natural dengan menggunakan brand make up terkenal tetapi dengan harga yang terjangkau



Bisnis ini merupakan rencana dari usaha yang ingin saya miliki, mengapa make up? karena memiliki bisnis sesuai dengan hobby adalah suatu usaha yang menyenangkan, dengan make up dapat memberikan penampilan yang berbeda pada seseorang.